Minggu, 06 Januari 2008

Curriculum for Life

Selama ini kurikulum diberlakukan sebagai sekat-sekat dalam proses belajar. Sesungguhnya, kurikulum berarti "lintasan". Lintasan bukan sekat, dan juga bukan sesuatu yang "liar". Lintasan adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran tertentu. Masing-masing sasaran punya lintasan sendiri-sendiri. Jika sejumlah orang dengan karakter dan potensi yang bebeda kita giring pada lintasan yang sama, maka mereka akan terjebak pada sasaran yang sama pula. Akhirnya mereka terkonsentrasi pada titik yang sama, sementara titik tersebut akan mengalami kejenuhan. Hal inilah yang terjadi selama ini. Berapa banyak "orang-orang yang terbuang" akibat salah lintasan dari awal. Engku Syafei (pendiri INS Kayutanam Sumatera Barat) mengingatkan kita "jangan meminta buah mangga dari pohon rambutan rawatlah masing-masing sesuai dengan kekhasannya sehinga menghasilkan keragaman rasa, bukankah keragaman itu merupakan kekayaan.Berkaitan dengan hal tersebut, kurikulum sesungguhnya adalah "alat" atau jalan untuk membantu setiap peserta didik agar mampu menemukan jalan hidupnya sendiri se-dini mungkin. Mereka bukan miniatur apalagi diperlakukan sebagai boneka kita-kita orang dewasa. Untuk itu, mari kita bangun kurikulum yang manusiawi (humanis), praktis, dan aplikatif.

Langkah Pengembangan:

1. Need Analysis
Sasaran pokok dalam melakukan need analysis untuk mengetahui secara konkrit hal-hal yang dibutuhkan. Hasil tahapan ini adalah sebuah pemetaan kemampuan secara keseluruhan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.

2. Pengembangan Visi dan Misi
Agar semua upaya yang dilakukan konsisten dengan yang dicita-citakan maka perlu dikembangan visi dan misi sebagai koridor dalam mengimplementasikan kurikulum.
3. Pengembangan Kompetensi Dasar (Basic Competencies)Tahap ini kelanjutan dari need analysis. Kompetensi dasar merupakan acuan dalam pengembangan kemampuan peserta didik. Kompetensi dasar tersebut berkembang secara kontinum dan tidak terbatas oleh ruang an waktu. Penataan kompetensi dasar ini dalam rangka mempromosikan (to promote) setiap siswa sesuai dengan rahan potensi, minat, dan kemampuan mereka. Karena sifatnya yang kontinum, maka rumusan kompetensi dasar harus dalam bentuk rentangan (range).

3. Desain Skenario Pembelajaran dan Iklim Pembelajaran yang Nyata (Real)
Tahapan ini merupakan proses perancangan aplikasi dari kompetensi dasar. Proses ini didasari oleh pemikiran bahwa pembelajaran adalah penjabaran kompetensi dasar sesuai dengan tahapan atau langkah-langkah pencapaiannya. Dalam proses ini, perlu ada kriteria ketercapaian yang terukur dan dapat diobservasi perkemangannya. Kriteria tersebut perlu dijelaskan kepada semua peserta didik sebelum proses belajar-mengajar berlangsung. Ini akan menjadi “kontrak sosial” antara penyelenggara pendidikan dengan peserta didik dan orang tua. Semua aktifitas yang dirancang dalam pembelajaran harus konsisten dengan filosofi, visi, misi, dan kompetensi dasar yang menjadi acuan. Proses belajar adalah proses memahami, mengolah, memanfaatkan dan menjaga keslestarian alam semesta, termasuk aspek kehidupan sosial. Untuk itu, iklim pembelajaran haruslah menjadi refleksi dari kehidupan nyata, dengan demikian yang menjadi sumber dan sarana belajar utama adalah lingkungan sekitar.

4. Tahap Implementasi
Tahap ini dimulai dengan menciptakan semua perangkat yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Perangkat tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan proses belajar mengajar sampai pada penilaian. Semua perangkat dikembangkan sesuai dengan dasar filosofi, visi, misi, dan model pembejaran yang dikemukakan di atas. Perangkat dikembangkan untuk mempermudah proses pencapaian sasaran. melalui perangkat yang praktis, siswa menjadi mudah belajar dan gurupun akan terbantu dalam mengelola proses pembelajaran secara efisien dan efektif.

5. Tahap Evaluasi Dan Penyempurnaan Lebih Lanjut
Pada dasarnya evaluasi dilakukan di sepanjang tahapan proses, mulai dari evaluasi perencanaan dan pelaksanaan sampai pada akhir suatu proses. Evaluasi membutuhkan alat-alat yang valid dan reliabel sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai langkah awal perbaikan semua proses.(Zulfikri Anas)